Manajemen dan produksi
1. Perkembangan manajemen produksi
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah
manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir.[6] Piramida
tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza
tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa
sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan,
mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para
pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala
sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak
mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan
dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan
selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk
awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di
organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal
perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku
dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk
merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki
sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya
manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak
pendapatan dan biaya.]
Daniel
Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran
awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.[7]
Pemikiran awal
manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting
dalam ilmu manajemen.[2] Peristiwa
pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan
sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu,
ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari
pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam
tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik
peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh
orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat
menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap
orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat
hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan
bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya
keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang
dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.[8]
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan
ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri
menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang
berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat
khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer
ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan,
memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan,
mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai
dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu
manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick
A. Halsey, dan Harrington
Emerson[9] Manajemen
ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan
oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of
Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa
penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai
tahun lahirya teori manajemen modern.[2]
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide
bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya
untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain
sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan
mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut.[9]
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori
administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan
bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik.[9] Pada awal
abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi,
memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.[10] Gagasan
Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu
manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga
sekarang.[2] Selain itu,
Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi
inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang
disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh
pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan
ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber
menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita.
Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai
landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam
kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak
organisasi besar sekarang ini.[2]
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan
ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba
pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di
bidang logistik dan
operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu
Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan:
"Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini
muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.[11]
Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab
perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era
manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun
1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi
penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an
hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.[2]. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata
insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih
sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu
utama perilaku kerja individu.[9]
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang
mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal
setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924.[9] Follet
mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk
mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin
adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan
individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi
harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian,
manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan
lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis
buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah
teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat
sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard
menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat
terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana
kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara
pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan
harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan
otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika
bawahan menerima otoritas itu.
Era modern
Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM)
di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling
terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir
1904).
Deming, orang Amerika, dianggap
sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang.[9] Deming
berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari
kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan
kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat
bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya
biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang
lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market
share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas
perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan
meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya
tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran.[9] Ia
menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang
sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan
perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen
untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area
tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
2. Pengertian manajemen
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.[1]
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.[2]
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.[3]
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[4]
3. Pengertian Produksi
Barang
jadi dalam pengertian ekonomi adalah barang yang
langsung dikonsumsi dan bukan dipergunakan untuk produksi barang lain. Sebagai
contoh, sebuah mobil yang dijual ke konsumen adalah barang jadi; komponen
seperti ban yang dijual pada produsen mobil bukan barang jadi, melainkan barang setengah jadi yang digunakan untuk
membuat barang jadi.
Barang
konsumen adalah barang
jadi yang secara spesifik ditujukan untuk pasar massal. Sebagai contoh, barang
konsumen tidak termasuk aset investasi seperti barang antik berharga, walaupun
barang tersebut termasuk barang jadi.
Barang
produksi atau barang
manufaktur adalah barang yang telah diproses dengan suatu cara. Barang
jenis ini adalah lawan dari bahan mentah, dan dapat terdiri dari barang setengah
jadi ataupun barang jadi.
4. Proses Produksi
Produksi
kontinu adalah suatu metode proses produksi di
mana proses berlangsung secara terus menerus tanpa terhenti. Proses produksi
kontinu adalah kebalikan dari proses produksi partaian.
Proses
produksi secara kontinu dilakukan pada industri dengan
skala produksi besar. Contoh industri yang melakukan produksi secara kontinu
adalah industri gelas.
Gelas dipanaskan sehingga berbentuk lunak dan kemudian dialirkan ke mesin
pencetak untuk dibentuk. Proses pencairan dan pencetakan berlangsung secara
terus menerus tanpa terhenti. Proses produksi pada umumnya dihentikan
berdasarkan keperluan perawatan dan perbaikan. Secara rutin (bisa sebulan
sekali, enam bulan sekali, atau setahun sekali) proses produksi dihentikan dan
dilakukan perawatan dan pemeriksaan menyeluruh (overhaul) terhadap
alat-alat proses.
Pada
proses produksi secara kontinu umum digunakan sistem yang terotomatisasi.
Dengan bantuan PLC (Programmable
Logic Controller) atau pengontrol otomatis lain, kesalahan proses produksi
akibat kecerobohan manusia dapat dikurangi sehingga proses produksi dapat
berlangsung terus menerus dengan kondisi yang stabil atau bahkan mendekati
tunak (semua keadaan konstan dan tidak berubah).
Bila
dibandingkan dengan proses produksi secara partaian, proses produksi secara
kontinu bersifat lebih efisien karena waktu jeda yang terdapat pada proses
produksi partaian dapat dihindari. Kelemahan yang dimiliki proses produksi
secara kontinu adalah sifat alatnya yang tidak dapat dimodifikasi. Pada
umumnya, satu jalur produksi hanya dapat digunakan untuk memproduksi satu jenis
produk.
Sumber
: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
'' Saya megucapkan terimakasih kepada bapak,ibu,kakak dan teman-teman. Dan saya mohon maaf apabila nda tidak berkenan.''
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar